Manuskrip Voynich, Buku yang Paling Misterius di Dunia
Kalau kita
membicarakan sebuah buku yang paling misterius, Manuskrip Voynich akan ada
diurutan paling atas dari daftar yang cukup panjang. Buku yang penuh dari akhir
Abad Pertengahan misteri ini tersimpan di perpustakaan buku-buku langka di Yale
University. Penanggalan karbon membuktikan bahwa naskah ini ditulis pada abad
ke-15. Peneliti percaya Manuskrip Voynich ditulis di Eropa Tengah.
Naskah kuno itu
milik Kaisar Jerman Rudolph II (1576-1612), yang membelinya seharga 600 dukat
emas dan meyakini itu adalah karya Roger Bacon. Diduga Kaisar mendapatkannya
dari peramal Inggris John Dee (1527-1608). Dan, Dee diyakini memiliki sejumlah
manuskrip karya Bacon yang lain.
Dilengkapi ilustrasi
berwarna, disusun dengan tulisan yang rapat, namun cermat. Ada berbagai macam
gambar disana. Mulai dari bunga bermahkota besar yang tak serupa dengan tanaman
apapun di Bumi, sampai gambaran kosmologi dan astrologi. Ada lagi gambar aneh
seperti perempuan-perempuan telanjang, dengan perut besar, berada dalam benda
mirip tong atau seperti sedang mandi dalam wadah mirip kolam kecil dengan air
berwarna hijau. Ada pula gambar mahluk mirip manusia atau alien.
Huruf yang tertera
di dalamnya adalah aksara `alien’ yang membingungkan para ahli kriptologi,
sejawaran, dan para pecinta buku selama berabad-abad. Tak ada seorang pun yang
memastikan, apa sebenarnya isinya. Seberapa keras apapun untuk menerjemahkan
artinya, khususnya tentang keberadaan para perempuan tanpa busana, isinya masih
jadi misteri hingga saat ini. Bahkan, ada orang yang menduganya tipuan belaka
alias hoax, dengan menuding buku itu buatan Voynich sendiri.
Buku kertas kulit
(perkamen) setebal 250 halaman ini dipenuhi dengan tulisan dalam aksara dan
gambar rumit yang diketahui menggambarkan berbagai mata pelajaran dari wanita
telanjang, jamu, dan lambang zodiak. Teks abad pertengahan ini ditemukan oleh
seorang pedagang buku antik pada 1912, dan telah agak pelit dalam memberikan
rahasianya sejak itu.
Pada tahun 1921,
seorang profesor filsafat dari Universitas Pennsylvania bernama Willaim R
Newbold mengklaim bahwa di setiap karakter yang terdapat di dalam manuskrip
Voynich ada goresan pena yang sangat halus yang hanya bisa dilihat dengan kaca
pembesar dan membentuk huruf-huruf Yunani kuno.
Berdasarkan asumsi
ini, Newbold menyimpulkan bahwa Manuskrip ini berisi mengenai penemuan-penemuan
sains dan ditulis pada abad ke-13 oleh ilmuwan dan filsuf Roger Bacon. Satu
dekade kemudian, kesimpulan Newbold dibantah oleh para peneliti lainnya dengan
mengatakan bahwa goresan halus tersebut hanyalah pecahan alami dari tinta yang
digunakan untuk menulis.
Pada tahun 1921,
seorang profesor filsafat dari Universitas Pennsylvania bernama Willaim R
Newbold mengklaim bahwa di setiap karakter yang terdapat di dalam manuskrip
Voynich ada goresan pena yang sangat halus yang hanya bisa dilihat dengan kaca
pembesar dan membentuk huruf-huruf Yunani kuno.
Berdasarkan asumsi
ini, Newbold menyimpulkan bahwa Manuskrip ini berisi mengenai penemuan-penemuan
sains dan ditulis pada abad ke-13 oleh ilmuwan dan filsuf Roger Bacon. Satu
dekade kemudian, kesimpulan Newbold dibantah oleh para peneliti lainnya dengan
mengatakan bahwa goresan halus tersebut hanyalah pecahan alami dari tinta yang
digunakan untuk menulis. Pada tahun 1945, Misteri ini diserahkan ke tangan para
ahli pemecah kode yang berhasil memecahkan kode tentara jepang pada perang
dunia II. Tim pemecah kode ini belum pernah gagal memecahkan kode apapun yang
disodorkan. Namun mereka juga gagal menyingkap misteri manuskrip Voynich.
Stephen Bax,
profesor linguistik terapan di University of Bedfordshire di Inggris
mengatakan, dia menguraikan 14 karakter dari naskah dan dapat membaca beberapa
benda dalam teks Voynich, seperti kata-kata untuk ketumbar, semacam tumbuhan
dan jintan di sebelah gambar tanaman. Ia juga memilih kata untuk Taurus yang
tertulis di samping sebuah ilustrasi dari Pleiades, gugus bintang di rasi
Taurus .
Pada tahun 1987,
seorang ahli fisika bernama Leo Levitov menyatakan bahwa manuskrip tersebut
dihasilkan oleh kaum Cathar, sebuah sekte yang dianggap sesat pada abad
pertengahan di Perancis. Menurut Levitov, huruf yang digunakan adalah campuran
dari berbagai bahasa, yaitu Belanda, Jerman dan Perancis kuno. Walaupun
sepertinya masuk akal, namun hasil terjemahan yang dihasilkan Levitov tidak
juga menjadi masuk akal jika dibandingkan dengan sejarah ataupun teologi kaum
Cathar.
Setelah menjalani
puluhan tahun penelitian, ada satu teori yang saat ini dianggap paling masuk
akal, yaitu bahwa manuskrip Voynich hanyalah sebuah hoax atau rekayasa. Klaim
ini pada awalnya datang dari seorang psikolog dan dosen ilmu komputer dari
universitas Keele di Inggris yang bernama Gordon Rugg. Ia mempublikasikan
penemuannya pada jurnal cryptologia pada tahun 2004.
Selama tiga bulan,
Rugg, meneliti manuskrip misterius tersebut tanpa hasil hingga ia sampai pada
kesimpulan bahwa manuskrip tersebut hanyalah sebuah hoax. Rugg sampai pada
kesimpulan ini setelah melihat struktur bahasa yang aneh pada manuskrip ini.
Misalnya pada folio 78R, dengan menggunakan model pemecahan versi Rugg, akan
terbaca : qokedy qokedy dal qokedy qokedy.
Kemudian Rugg mulai
mencari pemecahan lebih lanjut berdasarkan atas asumsi hoax. Ia kemudian
bertanya pada dirinya sendiri. Jika saya tinggal di abad 16 dan ingin membuat
sebuah buku yang misterius namun tidak terpecahkan, bagaimanakah cara yang
paling murah dan gampang ? Rugg bahkan berani menyimpulkan bahwa manuskrip ini
dibuat oleh seorang alchemist Inggris bernama Edward Kelley.
Pada tahun 2007,
hipotesis Rugg didukung oleh dua kriptolog terkenal bernama Andreas Schinner
dan Claude Martin.
Dari berbagai sumber
laman di internet.
udah gak semisterius itu
ReplyDeletehttp://kabarbarusains.blogspot.com/2017/09/manuskrip-voynich-berhasil-dipecahkan.html